Minggu, 30 Maret 2008

Kalau Rasulullah Ke Rumah Kita

Bayangkan apabila Rasulullah SAW dengan seijin Allah SWTtiba-tiba muncul mengetuk pintu rumah kita ....... Beliau datang dengan tersenyum dan muka bersih di muka pintu rumah kita Apa yang akan kita lakukan?Mestinya kita akan sangat berbahagia, memeluk beliau erat-erat dan lantas mempersilahkan Beliau masuk ke ruang tamu kita Kemudian kita tentunya akan meminta dengan sangat agar Rasulullah SAW sudi menginap beberapa hari di rumah kita Beliau tentu tersenyum ..... Tapi barangkali .....kita meminta pula Rasulllah SAW menunggu sebentar di depan pintukarena kita teringat video CD rated 18+ yang ada di ruang tengahdan kita tergesa-gesa memindahkan dahulu video tersebut ke dalamBeliau tentu tetap tersenyum ......Atau barangkali .....kita teringat akan lukisan wanita setengah telanjang yang kita pajang di ruang tamu kita,sehingga kita terpaksa juga memindahkannya ke belakang secara tergesa-gesaBarangkali .....kita akan memindahkan lafal Allah dan Muhammad yang ada di ruang sampingdan kita meletakkannya di ruang tamuBeliau tentu tersenyum .....Bagaimana bila kemudian Rasulullah SAW bersedia menginap di rumah kita?Barangkali .....kita teringat bahwa anak kita lebih hapal lagu-lagu baratdaripada menghafal Sholawat kepada Rasulullah SAWBarangkali .....kita menjadi malu bahwa anak-anak kita tidak mengetahui sedikitpun sejarah Rasulullah SAWkarena kita lupa dan lalai mengajari anak-anak kitaBeliau tentu tersenyum .....Barangkali .....kita menjadi malu bahwa anak kitatidak mengetahui satupun nama keluarga Rasulullah dan shahabatnyatetapi hafal di luar kepala mengenai anggota Power Rangers atau Kura-kura NinjaBarangkali .....kita terpaksa harus menyulap satu kamar menjadi ruang ShalatBarangkali .....kita teringat bahwa perempuan di rumah kita tidak memiliki koleksi pakaian yang pantasuntuk berhadapan kepada Rasulullah SAWBeliau tentu tersenyum .....Belum lagi koleksi buku-buku kita dan anak-anak kitaBelum lagi koleksi kaset kita dan anak-anak kitaBelum lagi koleksi karaoke kita dan anak-anak kitaKemana kita harus menyingkirkan semua koleksi tersebut demi menghormati Junjungan kita ?Barangkali .....kita menjadi malu diketahui oleh Junjungan kitabahwa kita tidak pernah ke masjid meskipun azan berbunyiBeliau tentu tersenyum .....Barangkali .....kita menjadi malu karena pada saat maghrib keluarga kita malah sibuk di depan TVBarangkali .....kita menjadi malu karena kita menghabiskan hampir seluruh waktu kitauntuk mencari kesenangan duniawiBarangkali .....kita menjadi malu karena keluarga kita tidak pernah menjalankan sholat sunnahBarangkali .....kita menjadi malu karena keluarga kita sangat jarang membaca Al-Qur'anBarangkali .....kita menjadi malu bahwa kita tidak mengenal tetangga-tetangga kitaBeliau tentu tersenyum .....Barangkali .....kita menjadi malu jika Rasulullah SAW menanyakan kepada kitasiapa nama tukang sampah yang setiap hari lewat di depan rumah kitaBarangkali .....kita menjadi malu jika Rasulullah SAW bertanyatentang nama dan alamat tukang penjaga masjid di kampung kita.Betapa senyum Beliau masih ada di situ .....Bayangkan apabila Rasulullah SAW tiba-tiba muncul di depan pintu rumah kita .....Apa yang akan kita lakukan?Masihkah kita memeluk Junjungan kita dan mempersilakan Beliau masuk dan menginap di rumah kita? Ataukah akhirnya dengan berat hati,kita akan menolak Beliau berkunjung ke rumah,karena hal itu akan sangat membuat kita repot dan malu.Maafkan kami ya Rasulullah .....Masihkah Beliau tersenyum ?Senyum pilu, senyum sedih dan senyum getir .....Oh .....betapa memalukannya kehidupan kita saat ini .....di mata Rasulullah ......

Senin, 24 Maret 2008

Mengenang Rasulullah Saw

A’uudzu billahi minasy syaithanirrajiimBismillahirrahmanirrahim
Allahumma salli ‘ala sayyidina Muhammadin wa ‘ala aalihi wa sahbihiwasallim
oleh Ustadz KH. Nadirsyah Hosen*
Setelah Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam wafat, seketika itu pula kota Madinah bising dengan tangisan ummat Islam; antara percaya - tidak percaya, Rasul Yang Mulia telah meninggalkan para sahabat. Beberapa waktu kemudian, seorang arab badui menemui Umar dan dia meminta, “Ceritakan padaku akhlak Muhammad!”. Umar menangis mendengar permintaan itu. Ia tak sanggup berkata apa-apa. Ia menyuruh Arab badui tersebut menemui Bilal. Setelah ditemui dan diajukan permintaan yg sama, Bilal pun menangis, ia tak sanggup menceritakan apapun. Bilal hanya dapat menyuruh orang tersebut menjumpai Ali bin Abi Thalib.
Orang Badui ini mulai heran. Bukankah Umar merupakan seorang sahabat senior Nabi, begitu pula Bilal, bukankah ia merupakan sahabat setia Nabi. Mengapa mereka tak sanggup menceritakan akhlak Muhammad Orang Badui ini mulai heran. Bukankah Umar merupakan seorang sahabatsenior Nabi, begitu pula Bilal, bukankah ia merupakan sahabat setiaNabi. Mengapa mereka tak sanggup menceritakan akhlak Muhammad sallAllahu ‘alayhi wasallam. Denganberharap-harap cemas, Badui ini menemui Ali. Ali dengan linangan airmata berkata, “Ceritakan padaku keindahan dunia ini!.” Badui inimenjawab, “Bagaimana mungkin aku dapat menceritakan segala keindahandunia ini….” Ali menjawab, “Engkau tak sanggup menceritakankeindahan dunia padahal Allah telah berfirman bahwa sungguh dunia inikecil dan hanyalah senda gurau belaka, lalu bagaimana aku dapatmelukiskan akhlak Muhammad sallAllahu ‘alayhi wasallam, sedangkan Allah telah berfirman bahwasungguh Muhammad memiliki budi pekerti yang agung! (QS. Al-Qalam[68]:4)”
Badui ini lalu menemui Siti Aisyah r.a. Isteri Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam yang sering disapa“Khumairah” oleh Nabi ini hanya menjawab, khuluquhu al-Qur’an(Akhlaknya Muhammad itu Al-Qur’an). Seakan-akan Aisyah inginmengatakan bahwa Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam itu bagaikan Al-Qur’an berjalan. Badui initidak puas, bagaimana bisa ia segera menangkap akhlak Nabi kalau iaharus melihat ke seluruh kandungan Qur’an. Aisyah akhirnyamenyarankan Badui ini untuk membaca dan menyimak QS Al-Mu’minun [23]:1-11.
Bagi para sahabat, masing-masing memiliki kesan tersendiri daripergaulannya dengan Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam. Kalau mereka diminta menjelaskan seluruhakhlak Nabi, linangan air mata-lah jawabannya, karena merekaterkenang akan junjungan mereka. Paling-paling mereka hanya mampumenceritakan satu fragmen yang paling indah dan berkesan dalaminteraksi mereka dengan Nabi terakhir ini.
Mari kita kembali ke Aisyah. Ketika ditanya, bagaimana perilaku Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam, Aisyah hanya menjawab, “Ah semua perilakunya indah.” Ketika didesak lagi, Aisyah baru bercerita saat terindah baginya, sebagai seorang isteri. “Ketika aku sudah berada di tempat tidur dan kami sudah masuk dalam selimut, dan kulit kami sudah bersentuhan, suamiku berkata, ‘Ya Aisyah, izinkan aku untuk menghadap Tuhanku terlebih dahulu.’” Apalagi yang dapat lebih membahagiakan seorang isteri, karena dalam sejumput episode tersebut terkumpul kasih sayang, kebersamaan, perhatian dan rasa hormat dari seorang suami, yang juga seorang utusan Allah.
Nabi Muhammad sallAllahu ‘alayhi wasallam jugalah yang membikin khawatir hati Aisyah ketika menjelang subuh Aisyah tidak mendapati suaminya disampingnya. Aisyah keluar membuka pintu rumah. terkejut ia bukan kepalang, melihat suaminya tidur di depan pintu. Aisyah berkata, “Mengapa engkau tidur di sini?” Nabi Muhammmad menjawab, “Aku pulang sudah larut malam, aku khawatir mengganggu tidurmu sehingga aku tidak mengetuk pintu. itulah sebabnya aku tidur di depan pintu.” Mari berkaca di diri kita masing-masing. Bagaimana perilaku kita terhadap isteri kita? Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam mengingatkan, “berhati-hatilah kamu terhadap isterimu, karena sungguh kamu akan ditanya di hari akhir tentangnya.” Para sahabat pada masa Nabi memperlakukan isteri mereka dengan hormat, mereka takut kalau wahyu turun dan mengecam mereka.
Buat sahabat yang lain, fragmen yang paling indah ketika sahabattersebut terlambat datang ke Majelis Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam. Tempat sudah penuh sesak.Ia minta izin untuk mendapat tempat, namun sahabat yang lain tak adayang mau memberinya tempat. Di tengah kebingungannya, Rasul sallAllahu ‘alayhi wasallammemanggilnya. Rasul sallAllahu ‘alayhi wasallam memintanya duduk di dekatnya. Tidak cukup denganitu, Rasul sallAllahu ‘alayhi wasallam pun melipat sorbannya lalu diberikan pada sahabat tersebutuntuk dijadikan alas tempat duduk. Sahabat tersebut denganberlinangan air mata, menerima sorban tersebut namun tidakmenjadikannya alas duduk akan tetapi malah mencium sorban Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam tersebut.
Senangkah kita kalau orang yang kita hormati, pemimpin yang kitajunjung tiba-tiba melayani kita bahkan memberikan sorbannya untuktempat alas duduk kita. Bukankah kalau mendapat kartu lebaran dariseorang pejabat saja kita sangat bersuka cita. Begitulah akhlak Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam,sebagai pemimpin ia ingin menyenangkan dan melayani bawahannya. Dantengoklah diri kita. Kita adalah pemimpin, bahkan untuk lingkuppaling kecil sekalipun, sudahkah kita meniru akhlak Rasul Yang Mulia.
Nabi Muhammad sallAllahu ‘alayhi wasallam juga terkenal suka memuji sahabatnya. Kalau kita bacakitab-kitab hadis, kita akan kebingungan menentukan siapa sahabat yangpaling utama. Terhadap Abu Bakar, Rasul sallAllahu ‘alayhi wasallam selalu memujinya. Abu Bakar-lah yang menemani Rasul sallAllahu ‘alayhi wasallam ketika hijrah. Abu Bakarlah yang dimintamenjadi Imam ketika Rasul sallAllahu ‘alayhi wasallam sakit. Tentang Umar, Rasul sallAllahu ‘alayhi wasallam pernahberkata, “Syetan saja takut dengan Umar, bila Umar lewat jalan yangsatu, maka Syetan lewat jalan yang lain.” Dalam riwayat laindisebutkan, “Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam bermimpi meminum susu. Belum habis satugelas, Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam memberikannya pada Umar yang meminumnya sampai habis. Parasahabat bertanya, Ya Rasul apa maksud (ta’wil) mimpimu itu? Rasul sallAllahu ‘alayhi wasallam menjawab “ilmu pengetahuan.”
Tentang Utsman, Rasul sallAllahu ‘alayhi wasallam sangat menghargai Utsman karena itu Utsmanmenikahi dua putri Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam, hingga Utsman dijuluki Dzu an-Nurain(pemilik dua cahaya). Mengenai Ali, Rasul sallAllahu ‘alayhi wasallam bukan saja menjadikannya iamenantu, tetapi banyak sekali riwayat yang menyebutkan keutamaanAli. “Aku ini kota ilmu, dan Ali adalah pintunya.” “Barang siapamembenci Ali, maka ia merupakan orang munafik.”
Lihatlah diri kita sekarang. Bukankah jika ada seorang rekan yangpunya sembilan kelebihan dan satu kekurangan, maka kita jauh lebihtertarik berjam-jam untuk membicarakan yang satu itu dan melupakanyang sembilan. Ah…ternyata kita belum suka memuji; kita masih sukamencela. Ternyata kita belum mengikuti sunnah Nabi.
Saya pernah mendengar ada seorang ulama yang mengatakan bahwa Allahpun sangat menghormati Nabi Muhammad sallAllahu ‘alayhi wasallam. Buktinya, dalam Al-Qur’an Allahmemanggil para Nabi dengan sebutan nama: Musa, Ayyub, Zakaria, dll.tetapi ketika memanggil Nabi Muhammad sallAllahu ‘alayhi wasallam, Allah menyapanya dengan “WahaiNabi”. Ternyata Allah saja sangat menghormati beliau.
Para sahabat pun ditegur oleh Allah ketika mereka berlaku tak sopanpada Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam. Alkisah, rombongan Bani Tamim menghadap Rasul sallAllahu ‘alayhi wasallam. Mereka ingin Rasul sallAllahu ‘alayhi wasallam menunjuk pemimpin buat mereka. Sebelum Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam memutuskansiapa, Abu Bakar berkata: “Angkat Al-Qa’qa bin Ma’bad sebagaipemimpin.” Kata Umar, “Tidak, angkatlah Al-Aqra’ bin Habis.” AbuBakar berkata ke Umar, “Kamu hanya ingin membantah aku saja,” Umarmenjawab, “Aku tidak bermaksud membantahmu.” Keduanya berbantahansehingga suara mereka terdengar makin keras. Waktu itu turunlahayat: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allahdan Rasul-Nya. Takutlah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah mahaMendengar dan maha Mengetahui. Hai orang-orang yang beriman,janganlah kamu menaikkan suaramu di atas suara Nabi. janganlah kamumengeraskan suara kamu dalam percakapan dengan dia sepertimengeraskan suara kamu ketika bercakap sesama kamu. Nanti hapus amal-amal kamu dan kamu tidak menyadarinya” (QS. Al-Hujurat 1-2)
Setelah mendengar teguran itu Abu Bakar berkata, “Ya Rasul Allah, demiAllah, sejak sekarang aku tidak akan berbicara denganmu kecualiseperti seorang saudara yang membisikkan rahasia.” Umar jugaberbicara kepada Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam dengan suara yang lembut. Bahkan konon kabarnyasetelah peristiwa itu Umar banyak sekali bersedekah, karena takutamal yang lalu telah terhapus. Para sahabat Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam takut akan terhapusamal mereka karena melanggar etiket berhadapan dengan Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam.
Dalam satu kesempatan lain, ketika di Mekkah, Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam didatangi utusanpembesar Quraisy, Utbah bin Rabi’ah. Ia berkata pada Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam, “Wahaikemenakanku, kau datang membawa agama baru, apa yang sebetulnya kaukehendaki. Jika kau kehendaki harta, akan kami kumpulkan kekayaankami, Jika Kau inginkan kemuliaan akan kami muliakan engkau. Jika adasesuatu penyakit yang dideritamu, akan kami carikan obat. Jika kauinginkan kekuasaan, biar kami jadikan engkau penguasa kami”
Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam mendengar dengan sabar uraian tokoh musyrik ini. Tidak sekalipunbeliau membantah atau memotong pembicaraannya. Ketika Utbah berhenti,Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam bertanya, “Sudah selesaikah, Ya Abal Walid?” “Sudah.” kataUtbah. Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam membalas ucapan utbah dengan membaca surat Fushilat.Ketika sampai pada ayat sajdah, Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam pun bersujud. Sementara itu Utbahduduk mendengarkan Nabi sampai menyelesaikan bacaannya.
Peristiwa ini sudah lewat ratusan tahun lalu. Kita tidak heranbagaimana Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam dengan sabar mendengarkan pendapat dan usul Utbah,tokoh musyrik. Kita mengenal akhlak nabi dalam menghormati pendapatorang lain. Inilah akhlak Nabi dalam majelis ilmu. Yang menakjubkansebenarnya adalah perilaku kita sekarang. Bahkan oleh si Utbbah, si musyrik, kita kalah. Utbah mau mendengarkan Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam dan menyuruh kaumnyamembiarkan Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam berbicara. Jangankan mendengarkan pendapat orang kafir, kita bahkan tidak mau mendengarkan pendapat saudara kita sesama muslim. Dalam pengajian, suara pembicara kadang-kadang tertutup suara obrolan kita. Masya Allah!
Ketika Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam tiba di Madinah dalam episode hijrah, ada utusan kafirMekkah yang meminta janji Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam bahwa Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam akan mengembalikan siapapunyang pergi ke Madinah setelah perginya Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam. Selang beberapa waktukemudian. Seorang sahabat rupanya tertinggal di belakang Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam.Sahabat ini meninggalkan isterinya, anaknya dan hartanya. Denganterengah-engah menembus padang pasir, akhirnya ia sampai di Madinah.Dengan perasaan haru ia segera menemui Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam dan melaporkankedatangannya. Apa jawab Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam? “Kembalilah engkau ke Mekkah. Sungguhaku telah terikat perjanjian. Semoga Allah melindungimu.”Sahabat ini menangis keras. Bagi Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam janji adalah suatu yang sangatagung. Meskipun Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam merasakan bagaimana besarnya pengorbanan sahabatini untuk berhijrah, bagi Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam janji adalah janji; bahkan meskipunjanji itu diucapkan kepada orang kafir. Bagaimana kita memandangharga suatu janji, merupakan salah satu bentuk jawaban bagaimanaperilaku Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam telah menyerap di sanubari kita atau tidak.
Dalam suatu kesempatan menjelang akhir hayatnya, Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam berkata padapara sahabat, “Mungkin sebentar lagi Allah akan memanggilku, aku takingin di padang mahsyar nanti ada diantara kalian yang ingin menuntutbalas karena perbuatanku pada kalian. Bila ada yang keberatan denganperbuatanku pada kalian, ucapkanlah!” Sahabat yang lain terdiam,namun ada seorang sahabat yang tiba-tiba bangkit dan berkata, “Dahuluketika engkau memeriksa barisan di saat ingin pergi perang, kaumeluruskan posisi aku dengan tongkatmu. Aku tak tahu apakah engkausengaja atau tidak, tapi aku ingin menuntut qishash hari ini.” Parasahabat lain terpana, tidak menyangka ada yang berani berkata sepertiitu. Kabarnya Umar langsung berdiri dan siap “membereskan” orang itu.Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam pun melarangnya. Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam pun menyuruh Bilal mengambil tongkat kerumah beliau. Siti Aisyah yang berada di rumah Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam keheranan ketikaNabi sallAllahu ‘alayhi wasallam meminta tongkat. Setelah Bilal menjelaskan peristiwa yangterjadi, Aisyah pun semakin heran, mengapa ada sahabat yang beraniberbuat senekad itu setelah semua yang Rasul sallAllahu ‘alayhi wasallam berikan pada mereka.
Rasul memberikan tongkat tersebut pada sahabat itu serayamenyingkapkan bajunya, sehingga terlihatlah perut Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam. Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam berkata, “Lakukanlah!”
Detik-detik berikutnya menjadi sangat menegangkan. Tetapi terjadisuatu keanehan. Sahabat tersebut malah menciumi perut Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam danmemeluk Nabi seraya menangis, “Sungguh maksud tujuanku hanyalah untukmemelukmu dan merasakan kulitku bersentuhan dengan tubuhmu!. Akuikhlas atas semua perilakumu wahai Rasulullah.” Seketika itu jugaterdengar ucapan, “Allahu Akbar” berkali-kali. Sahabat tersebut tahu,bahwa permintaan Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam itu tidak mungkin diucapkan kalau Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam tidakmerasa bahwa ajalnya semakin dekat. Sahabat itu tahu bahwa saatperpisahan semakin dekat, ia ingin memeluk Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam sebelum Allahmemanggil Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam ke hadirat-Nya.
Suatu pelajaran lagi buat kita. Menyakiti orang lain baik hati maupunbadannya merupakan perbuatan yang amat tercela. Allah tidak akanmemaafkan sebelum yang kita sakiti memaafkan kita. Rasul sallAllahu ‘alayhi wasallam pun sangathati-hati karena khawatir ada orang yang beliau sakiti. Khawatirkahkita bila ada orang yang kita sakiti menuntut balas nanti di padangMahsyar di depan Hakim Yang Maha Agung ditengah miliaran umatmanusia? Jangan-jangan kita menjadi orang yang muflis. Na’udzubillah…..
Nabi Muhammad sallAllahu ‘alayhi wasallam ketika saat haji Wada’, di padang Arafah yang terik,dalam keadaan sakit, masih menyempatkan diri berpidato. Di akhirpidatonya itu Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam dengan dibalut sorban dan tubuh yang menggigilberkata, “Nanti di hari pembalasan, kalian akan ditanya oleh Allahapa yang telah aku, sebagai Nabi, perbuat pada kalian. Jika kalianditanya nanti, apa jawaban kalian?” Para sahabat terdiam dan mulai banyak yang meneteskan air mata. Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam melanjutkan, “Bukankah telah kujalani hari-hari bersama kalian dengan lapar, bukankah telah kutaruh beberapa batu diperutku karena menahan lapar bersama kalian, bukankah aku telah bersabar menghadapi kejahilan kalian, bukankah telah kusampaikan pada kalian wahyu dari Allah…..?” Untuk semua pertanyaan itu, para sahabat menjawab, “Benar ya Rasul!”
Rasul sallAllahu ‘alayhi wasallam pun mendongakkan kepalanya ke atas, dan berkata, “Ya Allahsaksikanlah…Ya Allah saksikanlah…Ya Allah saksikanlah!”. Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallammeminta kesaksian Allah bahwa Nabi telah menjalankan tugasnya. Dipengajian ini saya pun meminta Allah menyaksikan bahwa kita mencintaiRasulullah sallAllahu ‘alayhi wasallam. “Ya Allah saksikanlah betapa kami mencintai Rasul-Mu,betapa kami sangat ingin bertemu dengan kekasih-Mu, betapa kamisangat ingin meniru semua perilakunya yang indah; semua budipekertinya yang agung, betapa kami sangat ingin dibangkitkan nanti dipadang Mahsyar bersama Nabiyullah Muhammad, betapa kami sangat inginditempatkan di dalam surga yang sama dengan surganya Nabi kami. YaAllah saksikanlah…Ya Allah saksikanlah Ya Allah saksikanlah”